Demo AMP tahun 2014. Foto: Ist. |
Penulis: Patrick Yakobus*
Karena
penjajah Indonesia dan kuasa Kapitalisme global
yang menjadi korni-kroninya meninabobokan kita dari perjalanan menuju
kemerdekaanb Papua dan mengambil untung darinya, kuperingatkan kau saat ini:
kemerdekaan 100% bangsa Papua yang lahir-batin hanya ada dari hasil perjuangan
sendiri di atas semua daya dan kekuatan sendiri.
Melihat perkembangan dan arah pendangan
gerakan-gerakan politik kita zaman ini, penting bagi kita untuk melihat dua
haluan pandangan orang Papua saman ini yang berbeda, yakni kemerdekaan yang
diimpikan akan diberikan oleh negara-negara, Perserikatan Bangsa-bangsa, oleh
Tuhan, dan kepercayaan sejenisnya.
Kedua, pandangan bahwa kemerdekaan Papua Barat yang
penuh dan utuh diraih melalui perjuangan bangsa Papua sendiri. Baiklah kita
menelaah satu per satu. Kita lebihkan yang kurang dan kurangi yang lebih.
Hakikat
Kemerdekaan
Dalam zaman semodern ini, masih saja orang Papua
percaya, kemerdekaan akan diberikan oleh bangsa-bangsa tertentu, oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa, oleh pengara-negara pasifik, dan negara-negara
lain. Ada jugalah di antara kita muncul pandangan bahwa Papua akan dimerdekakan
sendiri oleh Tuhan. Benarkah? Jawab: tidak!
Zaman ini, tak ada kemerdekaan hasil pemberian. Bila
terkesan diberikan, pasti ada harga yang harus dibayar. Mau bukti? Banyak.
Banyak bangsa-bangsa yang awalnya memperjuangkan kemerdekaan sejati akhirnya
hanya berdaulat secara politik dan hidup dalam penjajahan ekonomi, budaya dan
sosial dari kuasa kapitalisme global.
Kita harus mengakui bahwa banyak orang di kalangan
kita percaya kemerdekaan akan ada suatu saat nanti, sebagai anugerah dari
Tuhan, atau penggenapan firman Tuhan! Saudara-saudara, bila ia adalah pemimpin
perjuangan, janganlah mempercayai dia karena filosofinya itu. Juga bila salah seorang ataupun beberapa
diantara kita, percaya kemerdekaan akan
diberikan oleh negara Amerika Serikat, Belanda, Inggris, negara-negara Pasifik,
atau United Nations (PBB), jangalah kau diperdayai dan ditipu.
Tak ada kemerdekaan tanpa harga. Kemerdekaan tidak
gratis. Penegakannya tidak segampang
menerima karena diberi. Itu semua menipu
dan mematikan mental dan semangat orang Papua maju merebut kemerdekaan
bangsanya sendiri!
Kemerdekaan Papua yang diperjuangkan adalah
kemerdekaan yang diperjuangkan oleh segenap rakyat Papua secara bersama-sama
dengan cara bangsa Papua sendiri, dengan segala daya-upaya yang ada pada diri
bangsa Papua sendiri. Kemerdekaan ini mempercayai kekuatan sendiri untuk
mencapai kemerdekaannya dan tidak menggantungkan
harapan pada bantuan dari pihak luar.
Bangsa Papua harus yakini, mereka mampu membuat diri mereka sebagai bangsa
Papua itu merdeka dan berdaulat 100% di atas tanahnya secara utuh dan penuh.
Maka kemerdekaan jenis ini diperjuangkan atas dasar
kesadaran akan situasi penjajahan. Kesadaran itulah yang membuat api revolusi
bangkit, di bawah bendera keyakinan akan hari esok yang lebih baik bagi anak
dan cucu-cicitnya kelak di atas genangan darah dan tulang belulangnya.
Kemerdekaan jenis ini mengandalkan aksi massa rakyat tertindas. Kemerdekaan
jenis ini melahirkan para pemimpinnya yang tidak berbeda kelas dengan rakyat
yang dipimpinnya. Mereka senasib di jalan-jalan, mereka sependeritaan di
penjara-penjara penjajah, mereka sehidup-semati di garis batas pertempuran.
Para pemimpinnya bukan sekelompok elite yang memerintah ini dan itu tanpa
bersama-sama rakyat merasakan bergerakan yang sesungguhnya di bawah tering
matahari, guyuran hujan dan dengan perut kelaparan hanya demi merdeka!
Mereka percaya kepada massa rakyat tertindas, massa
aksi daripada barisan-barisan rakyat dari berbagai kesatuan yang berderap
langkahnya menuju titik kemerdekaan itu. Maka hakikat kemerdekaan yang utuh dan
penuh adalah bila masyarakat tertindas dari golongan kelas menengah dan bawah
dilepaskan dari kukungan penjajahan: tanah mereka diberi/dikembalikan, hak
hidup dijamin, punya akses sebagai manusia, setara dengan kelas ekonomi
menengah dan atas.
Potret
Dunia
Sejak semula pula dunia kita mengetahuai
pertentangan dua paham raksasa: kapitalisme dan sosialisme/komunisme.
Banyaklah pula negara-negara yang menganut salah
satu dari kedua sistem ini. Banyaklah juga yang menerima dan menggabungkan kedua
paham ini dalam praktek membangun kehidupan yag baik bagi rakyatnya di
masing-masing negara. Dan ukuran untuk
menilai baik dan kurang cocoknya dua paham ini untuk Papua terletak kepada
kondisi kebangsaan kita saat ini.
Maka konon karena itu pula, banyak negara-negara
merdeka, termasuk Indonesia dibuat bertekuk lutut oleh negara-negara penganut
paham kapitalisme di bawah pimpinan Amerika Serikat. Indonesia adalah contoh
nyata, melalui gerakan 30 September, kapitalis kembali berdaulat penuh menjajah
negara dan bangsa Indonesia, yang berdampak juga pada masuknya praktek paham
kapitalisme itu di tanah air kita, Papua Barat.
Maka kapitalis sebagai champion dunia dengan
aktivitasnya memproduksi barang dan jasa, baik yang penting juga yang tidak.
Melalui pendidikan di negara-negara di semua belahan dunia, mereka mendoktrin
bahwa hanya modal dan kapital sajalah yang mampu menyelamatkan dunia menuju
kemakmuran dunia.
Sementara konon terdengar oleh kita, pengaruh
hegemoni kapitalisme global itu sudah masuk kepada nadi transformasi dunia: dalam
hal perkembangan ilmu pengetahuan, tekonlogi dan industri, perkembangan paham
dan penyebarannya, hingga pada soal klasik, mencari daerah baru yang kaya
sumber alam sebagai sumur bahan baku bagi industri dan pabrik milik mereka.
Maka dunia pada sisi usaha, dilpomasi dan hubungan
antar negara dengan berbagai implementasi hubungan kekerabatannya dengan
negara-negara lain mencoba membangun hubungan ekonomi untuk kelanjutan usaha,
pabrik, industri dan lain-lain.
Bayangkan bila negara-negara yang kaya Sumber Alam
seperti Papua menutup pintu buat negara-negara industri dan negara-negara
besar. Mereka akan jatuh miskin, dan seiring perkembangan, negara-negara kecil
seperti Papua yang punya sumber alam akan jadi negara-negara baru yang kaya,
maju dan terkemuka di dunia. Tapi ini tidak terjadi. Negara-negara dan
daerah-daerah dunia ketiga yang miskin, tersingkir, difabel, di tanah air merekalah
letak sumber alam yang pada gilirannya menjadi perebutan kuasa kapitalisme.
Mereka (negara kecil dan berkembang) –sadar/tidak- telah menjadi roh yang menumbuhkan dan
membesarkan Amerika Serikat dan
kapitalisme itu sendiri.
Persekongkolan dan hubungan-bungungan antar
negara-negara secara umum lebih didorong oleh latar belakang ekonomi.
Negara-negera kelas satu: negara industri, negara-negara dengan perkembangan
SDM dan Iptek yang mumpuni telah dan sedang menjadikan negara-negara kelas dua:
negara berkembang, dengan sumber daya alam yang masih kaya sebagai kumpulan
negara yang berada di dalam lingkaran pengaruhnya, hanya dengan kepentingan pabrik-pabriknya tetap mengepulkan asap.
Maka antara negara yang memberi pengaruh dan
negara-negara yang berada dalam lingkaran pengaruhnya baik langsung maupun tak langsung
akan ada hubungan-hubungan. Secara langsung adalah dengan cara terang-terangan.
Misal: dengan penanaman modal asing Amerika di Indonesia. Secara tidak
langsung, yakni dengan menjalankan desain prosedur dengan jalan penciptaan
struktur dan sistem untuk menghasilkan situasi dan kondisi seperti yang
diinginkan negara pemberi pengaruh itu sendiri, sehingga kebijakan yang diambil
negara-negara yang dalam lingkaran pengaruhnya sejalan dengan target dari
rangsangan negara-negara kelas satu tadi.
Tekad
dan Keberanian
Padamu angkatan muda, perikop ini kutulis. Mereka
yang tua akan berpikir tentang keluarga dan makan-minum istri-anak. Mereka yang
anak-anak dan remaja masih sibuk mengurus pendidikan untuk berpengetahuan guna
memahami hidup.
Padamu angkatan muda, generasi muda Papua: Lihatlah
derita dan tangisan rakyatmu ini. Kini kaulah yang harus berkomitmen dan
memiliki tekad yang bulat untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua Barat hingga
tiang bendera tetap berdiri mengibarkan Sang Bintang Kejora. Tekadmu yang
setegar batu karang akan melahirkan barisan panjang anak muda Papua yang
bertekad sama.
Tekadmu akan melahirkan keberanian untuk menanggung
dan menerima segara konsekwensi daripada jalan yang kaupilih: menjadi angkatan
muda Papua menegak hak kemerdekaan Bangsa Papua. Ini konsekwensi logis daripada
pilihanmu: dipukul, disiksa, ditembak, dipenjara, bahkan dibunuh. Sudah sanggupkah
menanggungnya? Katakan sanggup! Katakan sanggup dengan segenap jiwamu! Maka
tanah air Papua mendengar bulat tekadmu.
Ujian datang dalam waktu dekat ini. Angkatan muda
Papua akan diuji mental, keberanian dan persatuannya. Apakah angkatan muda Papua
serius, sekali lagi, serius memperjuangkan kemerdekaan Papua? Apakah angkatan
muda Papua akan tetap setia di garis juang dalam materi dan aksi dalam payung
ULMWP, melalui berbagai organisasi dan faksi perjuangan menuju merdeka? Apakah
angkatan muda Papua akan jadi seperti kelompok diplomat yang bicara saja?
Apakah angkatan muda Papua akan jadi seperti kelompok anak kecil yang maju
dengan berani tapi akhirnya lari terbirit-birit bila peluru berdesing?
Saya percaya anak-anak muda Papua punya tekad dan
keberanian. Sata tahu, angkatan muda Papua tidak takut mati, tak takut pada
peluru, siksaan, pukulan. Saya tahu,
angkatan muda Papua selalu ingin Papua
merdeka 100% di atas daya upaya sendiri. Saya percaya, angkatan muda Papua percaya
pada massa rakyat Papua untuk mencapainya.
Merdeka!!!
*) Penulis adalah aktivis Papua.
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Selangkah, dimuat kembali untuk tujuan pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar